Tugas 1 , Tentang Perdukunan.
Bismillah, Salah satu hal yang paling berbahaya yang
dianggap biasa dalam masyarakat adalah masalah dukun dan tukang ramal. Sekarang
ini, para dukun, tukang sihir dan para peramal itu menggunakan gelar gelar atau
nama nama yang disamarkan biar terkesan bukan dukun atau sihir? kenapa? karena
masyarakat tahu kalau hal tersebut di larang oleh islam.
Maka muncullah istilah baru bernama Orang pintar,
penasehat spiritual, mentalist, paranormal dan sebagainya. Bahkan sebagian
menggunakan sorban, jubah atau menggunakan tasbih biar tekesan islami. Sebagi
seorang muslim, jangan tertipu dengan berbagai nama nama diatas, karena pada
hakekatnya mereka adalah satu yaitu dukun dan tukang ramal serta tukang sihir.
Renungkan dua hadist berikut ini:
Diriwayatkan dari sebagian istri
Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan
meminta untuk mengabarkan sesuatu, kemudian ia membenarkan perkataannya maka tidak
diterima shalatnya 40 hari”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun kemudian
membenarkan perkataannya, maka ia telah kufur dengan Al Qur’an yang telah
diturunkan kepada Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam”
Jika mendatangi saja diancam dengan tidak diterima
sholatnya 40 hari bahkan bisa menyebabkan seorang kafir, bagiamana sendiri
dengan belajar/praktek perdukunan itu sendiri. Ini jelas jelas dosa yang sangat
besar. Dijaman rosulullah dan sahabat, para dukun dan tukang sihir ini dihukum
dengan hukuman mati karena besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh dukun ini.
Sudah seharusnya seorang muslim menjauhi segala macam hal berikut, termasuk
menonton acara kesyririkan tersebut di TV kalau masih ingin menjaga keutuhan
imannya.
Karena saya juga masih menuntut ilmu, maka mari kita
sama sama mendengarkan kajian tentang bahaya dukun, tukang ramal dan sejenisnya
yang diampaikan oleh ustadz zakaria ahmad dan Ustadz Abdullah shaleh
Hadrami dibawah ini .
Tugas 2 ,
Tentang Cara Kita sebagai Masyarakat dalam menghadpai era globalisasi
Bagaimana Cara Mengantisipasi Arus Gloablisasi
Beberapa faktor yang menyebabkan
pemuda saat ini tidak lagi mengamalkan sumpah pemuda salah satunya adalah
perubahan arus globalisasi yang terus bergulir dengan cepat mengharuskan
para pemuda untuk mengikutinya. Tidak bisa dipungkiri, globalisasi
memiliki dampak positif dan negatif. Seperti rasa solidaritas sosial yang
tinggi, kesetiakawanan sosial antar Negara saat ini sangat maju pesat
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ketika bencana alam dan musibah HAM
terjadi di suatu tempat, maka bantuan kemanusiaan dalam waktu singkat mengalir
dari mana-mana. Bencana Tsunami di Aceh atau bencana busung lapar di beberapa
daerah di NTT sempat mengundang perhatian dunia. Bantuan material dan tenaga
penyelamat segera
berdatangan dalam waktu cepat.
Walau karena satu dan lain hal
datangnya agak terlambat. Efek positif lain yang dapat kita nikmati adalah
kemudahan dalam pekerjaan dan memperoleh informasi. Dengan merebaknya teknologi
informasi, anak-anak sekolah tidak saja mendapat informasi dari guru dan
buku-buku, tetapi juga dari VCD/DVD, dari internet, serta koran-koran yang
semakin banyak jumlahnya. Akan tetapi globalisasi tidak bebas dari pengaruh
negatif. Banyak efek negatif dari globalisasi yang sangat memprihatinkan.
Pertama, gaya hidup instan. Banyak orang sekarang membeli barang yang cepat
digunakan dan praktis tanpa memikirkan apa dampaknya jika dipakai dalam jangka
panjang. Misalnya, seperti ibu-ibu yang membeli bumbu instan seperti saus dan
sambal botolan yang mengandung zat kimia dan dapat menyebabkan kanker, padahal
ada tomat dan lombok segar yang jauh lebih sehat dan murah. Kecendrungan
membeli mie instan yang dijadikan sebagai pengganti sayur, padahal kandungannya
sama seperti nasi (karbohidrat).
Konflik-konlfik sosial yang muncul
bisa jadi disebabkan karena orang mau mencari jalan pintas yang termudah,
seperti demo tanpa terlebih dahulu melakukan negosiasi, atau tindakan main
hakim sendiri dengan membakar dan membunuh pelaku kejahatan tanpa proses
keadilan. Ketiga, individualisme. Saat rasa ketergantungan antar individu masih
tinggi solidaritas antar anggota suatu masyarakat biasanya cenderung kuat.
Namun pada saat uang menjadi simbol segalanya dan tiap orang memiliki sumber
daya masing-masing, setiap orang menjadi otonom. Otonomi ini menimbulkan rasa
tidak saling peduli dan sibuk dengan diri sendiri. Tiap orang mengikuti
kehendak diri sendiri dan karena itu ikatan moral yang didasarkan pada kontrol
sosial menjadi longgar. Keempat, romantisme. Ekspresi keakraban antar lawan
jenis yang lebih menampilkan romantisme populer. Pada saat ini pacaran semakin
diidentikkan dengan seks.
Dalam pantauan dan penelusuran saya
selama ini bahwa sebagian besar remaja / pemuda sudah menganggap seks dalam
pacaran adalah sebagai suatu hal yang lumrah atau kalau mereka yang menjalani
pacaran tidak melakukan seks. Mereka beranggapan untuk apa pacaran kalau tidak
memahaminya. Penggunaan dan pemakaian Narkoba dalam pergaulan sehari-hari
membuat para kalangan pemuda saat ini melupakan norma-norma yang ada. Mereka beranggapan
kalau gaul harus menggunakan barang haram itu, kalau mereka tidak memakainya
mereka dianggap ketinggalan zaman. Kelima, sadisme. Sekarang dalam media massa
kita dapat menyaksikan banyaknya terjadi kasus-kasus kekerasan, seperti
pemerkosaan anak-anak di bawah umur, tawuran antar mahasiswa hanya gara-gara
persoalan sepele.
Itu semua membuktikan bahwa sudah
tidak ada lagi rasa persatuan dan kesatuan di antara para pemuda saat ini.
Bagaimanapun globalisasi sudah seharusnya kita hadapi saat ini, namun harus
kita sadari dengan globalisasi jelas akan menghilangkan nilai-nilai budaya
kita, jika ikut terpengaruh menurut saya salah satu cara untuk menghadapi arus
globalisasi adalah melalui pendidikan. Karena globalisasi itu artinya adalah
kehilangan pekerjaan. Kemampuan rakyat di Negara-negara berkembang dan dunia
pasti jauh melebihi negara-negara maju, kecuali ada kesadaran dari rakyat untuk
menjadikan negaranya maju seperti yang dicontohkan Korea Selatan dan Jepang
serta China. Warga negara-negara tersebut punya keinginan yang besar untuk
mensejahterakan warganya sebelum mensejahterakan warga negara dunia lain
melalui dibukanya cabang-cabang import ke negara-negara tersebut serta
menanamkan rasa persatuan dan kesatuan sejak dini.
Tugas 3 , Tentang Salah
satu tokoh wayang di Indonesia
Tokoh
wayang Srikandi
Srikandi atau Dewi Srikandi
adalah salah satu tokoh di wiracarita Mahabharata. Ia adalah puteri Raja
Drupada dengan Dewi Gandawati dari kerajaan Panchala.
Ia adalah istri dari Raden Arjuna,
penengah Pandawa. Srikandi merupakan titisan Dewi Amba yang
tewas terkena panah Bisma, kakek para Pandawa dan Kurawa. Srikandi
memiliki tabiat seperti seorang pria yaitu suka berperang. Ia memiliki watak
yang mudah marah tetapi juga cepat reda, ia juga senantiasa menjaga kehormatan
suaminya.
Dalam Mahabharata dikisahkan, di kehidupan
sebelumnya, Srikandi terlahir sebagai wanita bernama Amba,
yang cintanya ditolak oleh Bisma. Amba yang merasa terhina, berdoa agar
nantinya menjadi penyebab kematian Bisma. Keinginan Amba terpenuhi dan ia
bereinkarnasi menjadi Srikandi.
Saat ia lahir, dewata menyuruh ayahnya untuk mengasuh Srikandi
sebagai seorang putera. Sehingga Srikandi hidup seperti layaknya seorang pria,
belajar ilmu perang dan kemudian menikah dengan seorang wanita. Tetapi, setelah
istrinya mengetahui hal yang sebenarnya, ia menghina Srikandi yang menyebabkan
ia kabur dari Panchala dan ingin bunuh diri, namun ia diselamatkan oleh seorang
Yaksa yang bersedia menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi.
Srikandi kemudian kembali dan hidup bahagia bersama istrinya.
Dalam pewayangan Jawa, dikisahkan Srikandi lahir
karena keinginan kedua orangtuanya, Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, yang
menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, Drestadyumna
dan Dropadi lahir dari upacara Putrakama Yadnya.
Dewi
Srikandi senang dalam olah keprajuritan dan ia juga mahir menggunakan
senjata panah. Kepandaiannya dalam ilmu memanah di dapatnya dari Arjuna,
yang kemudian menjadi suaminya. Namun, dari pernikahan itu, mereka tidak
dikaruniai seorang putera.
Saat perang besar di Kurukshetra, Srikandi
tampil sebagai senopati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, yang gugur
di tangan Resi Bisma. Dalam pertempuran tersebut Srikandi benar-benar menjadi
penyebab kematian Resi Bisma seperti yang menjadi doa Amba. Saat itu Resi Bisma
tahu bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, karena ia tidak mau menyerang bila
berhadapan dengan seorang wanita, Bisma menjatuhkan senjatanya. Arjuna
bersembunyi di belakang Srikandi dan memanfaatkan kesempatan itu untuk
menyerang Resi Bisma, kakek yang sebenarnya sangat dihormati dan disayanginya.
Dengan bantuan Srikandi inilah Arjuna dapat membunuh Resi Bisma. Namun dalam
pewayangan Jawa, yang membunuh Resi Bisma adalah Srikandi dengan panah Hrusangkali.
Srikandi kemudian gugur di tangan Aswatama, putera Resi Drona
yang menyelundup masuk ke keraton Astina setelah perang berakhir.
Referensi :
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar